Disgrafia



Assalamualaikum.wr.wb 
Disini saya akan berbagi materi tentang salah satu kelainan yang terjadi pada Anak Usia Dini dari mata kuliah Anak Berkebutuhan Khusus.  Disgrafia ya, materi ini akan saya share. Semoga bermanfaat terutama untuk calon pendidik seperti saya yang menitik fokuskan pada anak. selamat membaca.

A.       Pengertian Disgrafia
Pada umumnya istilah disgrafia digunakan untuk mendefinisikan tulisan tangan yang sangat buruk. Biasanya anak-anak yang memiliki disgrafia menulis dengan sangat pelan, tulisannya pun terkadang tidak terbaca dan ejaannya pun terkadang salah itu dikarenakan ketidakmampuan mereka untuk memadukan bunyi dan huruf. Anak-anak disgrafia pada umumnya secara fisik dan psikologi, dalam hal berbicara ataupun kemampuan motoriknya sama dengan anak normal lainnya, tetapi perbedaannya ketika menulis anak disgrafia mengalami kesulitan dan lambat dalam hal menulis.
Adapun beberapa pengertian disgrafia menurut beberapa ahli:
1.      Santrock mendefinisikan disgrafia sebagai kesulitan belajar yang ditandai dengan adanya kesulitan dalam mengungkapkan pemikiran dalam komposisi tulisan. Disgrafia ditandai dengan ketidakmampuan dalam belajar yang mempengaruhi kemampuan menulis yang diperlihatkan anak-anak dalam mengeja, miskin kosa kata, kesulitan menuangkan pikiran untuk dituliskan di atas kertas

2.      Hammil, 2004; Vellutino, dkk, 2004. Disgrafia adalah kesulitan belajar yang ditandai dengan adanya kesulitan dalam mengungkapkan pemikiran dalam komposisi tulisan.

3.      Abdurrahhman, 1999:227. Disgrafia adalah kesulitan menulis. Menurut Abdurrahman (1998) anak-anak disgrafia terlihat memiliki kesulitan dalam membuat huruf (menulis) dan simbol matematis

4.      Menurut Yusuf, dkk (2003) disgrafia ditandai dengan adanya kesuliatan dalam mengikuti satu atau lebih bentuk pengajaran menulis dan keterapilan yang berkaitan dengan menulis, seperti mendengarkan, berbicara, dan membaca.

Dapat disimpulkan bahwa disgrafia adalah kesulitan belajar yang dialami anak dimana anak-anak tidak bisa menuangkan, mengekspresikan pikiran, ide, dan gagasannya ke dalam bentuk tulisan, karena tidak bisa mengoordinasikan motorik halusnya (tangan) untuk menulis.

B.        Jenis-jenis disgrafia ada 5 menurut Kendell dan Stefanyshyn (2012)
1.      Disleksia dysgraphia adalah bentuk disgrafia yang ditandai dengan tulisan tangan anak tak terbaca, huruf, dan tanda baca yang dibuat anak salah.
2.      Motor dysgraphia adalah karena kekurangan keterampilan motorik halus, tidak tangkas, otot kaku, sehingga gerakan tangannya tampak “kikuk”. Jika diminta untuk menulis memerlukan tenaga ekstra, bentuk tulisan sering miring karena memegang objek penulisan salah, tetapi pemahamanya tentang ejaan tidak terganggu.
3.      Dysgraphia spasial, anak mengalami gangguan dalam pemahan ruang , tulisan anak terbaca, anak bisa menyalin, pemahaman ejaan normal, tetapi tulisannya sering berada di atas garis atau di bawah garis, jarak antar kata juga tidak konsisten.
4.      Fonology dysgraphia anak mengalami gangguan fonologi, jenis ini umumnya di derita pada anak yang berbahasa asing seperti bahasaInggris atau bahasa Barat lainnya yang di dalamnya terdapat perbedaan antara ejaan dan bunyi.
5.      Leksikal dysgraphia, hampir sama dengan dysgraphia fonology,  tetapi lebih terjadi pada kata-kata yang tidak sama antara ejaan dan lafalnya, seperti pada bahasa inggris dan prancis.

C.        Karakteristik anak disgrafia
Menurut Kendell dan Stefanyshyn (2012) ada beberapa karakteristik anak disgrafia diantaranya:
1.      Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisan.
2.      Saat menulis penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur
3.      Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisan tidak proporsional
4.      Anak tampak harus berusaha keras saat mengomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan.
5.      Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Cara memegang alat tulis sering kali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas
6.      Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk  menulis.
7.      Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional.
8.      Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah ada.

D.       Penyebab anak Disgrafia
Pada umumnya penyebab disgrafia tidak bisa diketahui secara pasti, namun apabila disgrafia terjadi secara tiba-tiba pada anak maupun orang dewasa dapat diduga bahwa penyebab disgrafia terjadi karena trauma kepala, baik disebabkan karena kecelakaan, penyakit ataupun yang lainnya. Penyebab yang paling umum adalah neurologis, yaitu adanya gangguan pada otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis.
Menurut Lerner (2002) ada beberapa faktor penyebab disgrafia:
1.      Gangguan motorik anak
2.      Gangguan perilaku yang dialami anak
3.      Gangguan presepsi pada anak
4.      Gangguan memori
5.      Gangguan tangan pada anak
6.      Gangguan anak pada saat mengalami instruksi
7.      Gangguan kemampuan melaksanakan cross modal

E.        Gejala anak disgrafia
Gejala pada anak disgrafia bisa muncul sebagian ataupun ataupun seluruhnya, jika seorang guru menemukan salah satu gejala disgrafia pada anak maka guru harus menetapkan strategi pembelajaran menulis yang sesuai bagi anak.
Adapun beberapa gejala yang sering muncul pada anak disgrafia pada saat menulis menurut Julie Kendell dan Deanna Stefanyshyn (2012) adalah:
1.      Kemampuan verbal kuat tapi keterampilan menulis miskin
2.      Banyak kesalahan tanda baca atau malah tidak menggunakan tanda baca sama sekali.
3.      Banyak melakukan kesalahan ejaan atau bisa juag tulisan terbalik.
4.      Terdapat inkonsistensi dalam penggunaan huruf besar dan huruf kecil.
5.      Ukuran huruf tidak teratur, bentuk berubah-rubah, besar kecil tegak dan miring.
6.      Terjadi unfinished (penghilangan huruf atau kata).
7.      Terjadi ketidak konsistenan dalam penggunaan halaman, spasi antar kata, antar huruf dan penggunaan margin.
8.      Ada kesalahan dalam memegang pensil.
9.      Berbicara dengan diri sendiri saat menulis.
10.  Ketika menulis atau menyalin sangat lambat.

F.        Penanganan pada anak Digrafia
Anak disgrafia pada saat belajar menulis perlu dibimbing karena mereka tidak bisa dibiarkan menulis sendiri.
1.      Menurut Abdurrahman terdapat 15 jenis kegiatan yang berfungsi untuk remedial menulis anak disgrafia.
a.       Aktivitas menggunakan papan tulis
b.      Bahan lain untuk latihan gerakan kegiatan menulis.
c.       Posisi
d.      Kertas
e.       Cara memegang pensil
f.        Kertas stensil atau karbon
g.      Menjiplak
h.      Menggambar di antara 2 garis
i.        Titik-titik
j.        Menjiplak dengan semakin dikurangi
k.      Buku bergaris tiga
l.        Kertas dengan garis pembatas
m.    Memperhatikan tingkat kesulitan penulisan huruf
n.      Bantuan verbal, dan
o.      Kata dan kalimat
2.      Penanganan bagi anak disgrfia diantaranya:
a.    Pahami keadaan anak
Sebagai orang tua ataupun guru harus bisa memahami apa yang menjadi kesulitan anak dan keterbatasan yang dialami anak disgrafia. Orang tua ataupun guru jangan pernah membandingkan anak yang digrafia dengan anak yang normal, karena hal tersebut hanya akan membuat anak dan orang tua ataupun guru menjadi stress. Tetapi cobalah berikan terapi bagi anak seperti berikan secara rutin pada anak tugas-tugas menulis yang singkat.
b.    Menyajikan tulisan cetak
Sebagai orang tua ataupun guru cobalah berikan kesempatan kepada anak disgrafia untuk menuangkan ide dan tulisannya lewat komputer ataupun mesin ketik. Sehingga dengan media tersebut anak dapat mengatasi hambatannya dalam menulis  dan mereka dapat mengetahui letak kesalahannya.
c.    Membangun rasa percaya diri anak
Cara membangun  rasa percaya diri anak bisa melalui pujian berupa kata-kata ataupun isyarat, karena setiap usaha yang dilakukan anak sekecil apapun apabila kita hargai usahanya maka akan menambah kepercayaan diri anak. Sebagai orang tua ataupun guru jangan pernah menyepelekan atau melecehkan hasil karya atau kerja anak, karena itu akan membuat anak frustasi dan menghilangkan kepercayaan diri. Kelembutan dan kesabaran harus benar-benar dimiliki seorang guru maupun orang tua dalam menghadapi dan mengajar anak- anak disgrafia.
d.    Latih anak untuk terus menulis
Salah satu cara agar anak disgrafia mau terus berlatih menulis, membaca ataupun dalam hal matematis adalah dengan cara memberikan pengajaran yang menarik ataupun media yang menarik. Contohnya seperti membuat surat untuk sahabat, orang tua, ataupun saudara-saudara.
e.    Praktekan menulis huruf dan angka di udara
f.     Ajari cara memegang pensil yang tepat, postur tubuh, dan posisi kertas pada saat menulis.
3.      Menurut Teori kontruksi sosial Vygotsky.
Salah satu teori yang membantu penanganan atau bantuan dalam bentuk bimbingan bagi anak disgrafia adalah teori konstruksi sosial Vygosky. Teori kontruksi sosial Vygotsky ini (dalam Santrocks, 2004) memiliki 3 asumsi yaitu.
a.       Kemampuan kognitif anak dapat dipahami ketika mereka mampu menganalisa  dan menginterpretasikan sesuatu.
b.      Kemampuan kognitif anak dimediasi oleh penggunaan bahasa atau kata-kata sebagai alat mentransformasikan dan memfasilitasi aktivitas mental.
c.       Kemampuan kognitif berkaitan dengan hubungan sosial dan latar belakang sosial budaya
Aplikasi teori Vygotsky yang dapat dilakukan oleh orang tua ataupun guru bagi anak disgrafia.
a.    Mengidentifikasi masalah disgrafia terdiri dari:
1)      Masalah penggunaan huruf kapital
2)      Ketidakkonsistenan bentuk huruf
3)      Alur yang tidak stabil (tulisan naik turun)
4)      Ukuran dan bentuk huruf tidak konsisten
b.    Menentukan ZPD pada masing-masing masalah
1)      ZPD untuk kesalahan penggunaan huruf kapital
2)      ZPD untuk ketidakkonsistenan bentuk huruf
3)      ZPD untuk ketidakkonsistenan ukuran huruf
4)      ZPD untuk ketidakstabilan alur tulisan
c.    Merancang program pelatihan dengan teknik scaffolding, meliputi:
1)      Memberikan tugas menulis kalimat yang didiktekan orang tua atau guru.
2)      Bersama-sama dengan siswa mengidentifikasi kesalahan tulisan mereka.
3)      Menjelaskan mengenai pelatihan dan ZPD masing-masing permasalahan.
4)      Menjelaskan kriteria penulisan yang benar dan memuinta anak menyatakan kembali kriteria tersebut.
5)      Memberikan latihan menulis dengan orang tua / guru member bantuan.
6)      Mengevaluasi hasil pekerjaan siswa bersama –sama dengan anak.
7)      Memberikan latihan menulis dengan mengurangi bantuan terbatas pada kesalahan yang dilakukan anak.
8)      Memberikan latihan menulis tanpa bantuan orang tua atau guru.
9)      Mengevaluasi pekerjaan anak.
4.      Penanganan bagi anak disgrafia secara terstruktur:
a.       Faktor kesiapan menulis
b.      Aktivitas  lain yang mendukung
1)      Kegiatan yang memberikan kerja aktif dari pergerakan otot bahu, lengan atas serta bawah, dan jari.
2)      Menelusuri bentuk geometri dan barisan titik.
3)      Membuat garis horizontal dari kiri ke kanan.
4)      Membuat gari vertikal dari bawah ke atas, dan dari atas ke bawah.
5)      Membuat bentuk-bentuk lingkaran dan kurva.
6)      Membuat garis miring secara vertikal.
7)      Menyalin bentuk-bentuk sederhana.
8)      Membedakan bentuk huruf yang mirip bentuknya dan huruf yang hampir sama bunyinya.
c.       Menulis huruf lepas atau cetak
1)      Perlihatkan sebuah huruf yang akan ditulis.
2)      Ucapkan dengan jelas nama huruf dan arah garis untuk membuat huruf itu.
3)      Anak menelusuri huruf itu dengan jarinya sambil mengucapkan arah garis dengan jelas untuk membuat huruf itu.
4)      Anak menelusuri garis tersebut dengan pensilnya.
5)      Anak menyalin kertas huruf itu di kertas atau bukunya.
d.      Menulis huruf transisi
Huruf transisi adalah huruf yang digunakan untuk melatih siswa sebelum menguasai huruf sambung.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
Kata atau huruf ditulis secara lepas atau cetak.
1)      Huruf yang satu dengan yang lainnya disambung dengan titik-titik menggunakan warna yang berbeda.
2)      Anak menelusuri huruf dan sambungannya sehingga menjadi bentuk huruf sambung.
e.       Menulis huruf sambung.
1)      Mengajarkan huruf sambung dapat menggunakan langkah-langkah huruf lepas dan transisi.

wassalamualaikum.wr.wb

DAFTAR PUSTAKA



Bisa mandiri. 2014. Terapi pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus disgrafia. [online]. Tersedia: http://bisamandiri.com/blog/2014/11/terapi-pendidikan-untuk-anak-berkebutuhan-khusus-disgrafia/ (24 Februari 2018)
Irawati, intan. 2008. Disgrafia pada anak yang kesulitan menulis dan solusinya. [online]. Tersedia: http://m.ci.sabda.org/disgrafia_pada_anak_yang_kesulitan_menulis_dan_solusinya
Nobel, Ryan. 2015. Gejala dan cara mengatasi disgrafia pada anak. [online]. Tersedia: http://www.manadotoday.co.id/2015/054443/gejala-dan-cara-mengatasi-disgrafia-pada-anak/
Prita, diah. 2014. Bimbingan bagi anak disgrafia. [online]. Tersedia: http://diahprita.blogspot.co.id/2014/12/bimbingan-bagi-anak-disgrafia.html (26 Februari 2018)
Susanto, Hadi. 2013. Bimbingan anak berkesulitan belajar menulis. [online]. Tersedia: http://www.google.co.id/search?ei=CUWTWob4GIrGvwTd3bCIDw


Komentar

Postingan populer dari blog ini

EXPERIA PORSADIKMA

RESAPAN DO'A